Tuesday, July 28, 2015

Jual Buku Adonis; Perubahan-Perubahan Sang Pencipta oleh Ahmad Mulyadi [Ed.]

Adonis; Perubahan-Perubahan Sang Pencipta oleh Ahmad Mulyadi [Ed.]
harga Rp 25.000
penerbit Grasindo
 
Nama Adonis telah menjadi aikon gerakan puisi Arab-muslim dalam lima dekade terakhir. Bahkan nama Adonis jauh lebih dikenal ketimbang nama aslinya: Ali Ahmad Said Asbar. Penyair yang lahir di Syiria 1930 ini, menjadi orang buangan di tanah kelahirannya sendiri karena pemikirannya dianggap dianggap menyimpang dari Islam. Lalu ia hijrah ke Libanon dan menjadi penyair sekaligus kritikus terkemuka. Namun ketika perang saudara berkecamauk di negeri kelahiran pujangga Kahlil Gibran ini, maka sejak 1985 ia pun bermukim di Prancis dan menjadi warga negara di sana sampai hari ini.
 
Adonis sangat dekat dengan petualangan, dan hijrah adalah bagan dari separuh hidupnya. Bahkan dalam salah satu puisinya, Inilah Namaku, hijrah telah menjadi darah-dagingnya: aku bukan dominasi, darahku adalah hijrah, tulsinya. Puisi-puisinya banyak mengangkat persoalan tanah air berikut tragedi sejarahnya yang dilukiskannya sebagai elegi zaman kini: wajah sejarah kita jauh siang malam diseret tragedi/sejarah kita ingatan di mana lubang ketakutan selalu bertambah dalam.
 
Sepanjang sebagai penyair, Adonis telah menulis puluhan buku puisi yang diterbitkan dalam bahasa Arab, Inggris, Jerman, sebagian juga Prancis, dengan gaya seorang pemberontak kemapanan. Beberapa penghargaan internasional telah diraihnya, antara lain Syiria-Lebanon Award dari International Poetry Forumdi Pittsburg (1971), Jean Malrieu Etranger (1991), Prix de La Mediterranee dan Naziim Hikmat Award (1994), dan Goethe Medal of The Goethe Gesellschaft (Tak heran bila dalam sepuluh tahun terakhir namanya disebut sebagai kandidat penerima Nobel Sastra. Sebagian besar puisinya menyuarakan harga diri manusia dan kemanusian yang penting di zaman ini. Karena kritiknya yang mengganggu keyakinan para penguasa yang kerap kali mengatasnamakan demi ketentraman umat Islam, tak heran bila kemudian ia terusir dari negerinya sendiri, dan menjadi orang buangan. Eksil adalah rumahnya, perjanan adalah kafilahnya, kesunyian adalah puisinya. Dari mana asalmu, dari negeri tak bernama? Tanah airku belum selesai, jiwaku melanglang jauh, meski nasibku dirundung sangsai, bongkar aku tetap sauh..kutenun langit baru dengan sutra puisi-puisiku, tulisnya dalam puisi Elegi Zaman Kini.
 
Kritiknya atas tanah kelahiran begitu menghunjam-dalam hingga tercupan perpisahan yang lantang: selamat tinggal, o zaman lalat di negeriku (sajak Elegi Zaman Kini). Sementara dalam sajak Elegi Abad Pertama kita temukan gugat atas negeri yang terasa membelenggunya, dengan bahasa pengucapan yang ganas: inilah bangsa yang hamparkan wajahnya untuk dicakar kuku-kuku binatang, inilah negeri yang lebih pengecut dari sehelai bulu dan lebih rendah dari bantalan. Di tempat lain, berbagai negeri telah menjadi rumahnya, dan konflik tentang tanah airnya kita rasakan begitu menghunjam dalam puisi-puisinya yang berwarna laut tengah.
 
Salah satu larik sajak Elegi Zaman Kini melukiskan berbagai negeri perjalanan dengan kisah-kisah yang tak jarang ditakik dari kisah-kisah Quran dan di transformasikan menjadi puisi Kitab Suci yang hidup: ringkik kuda-kuda ini untuk sayhun, lesat tombak-tombak ini untuk khurasan. rumah kita emas di atas permukaan batu himalaya, dan samarkand sebuah panji. telah kita usap tubuh bumi dengan bulu mata, telah kita ikat kembang-kembang yang terbang dengan buluh nadi, telah pula kita basuh siang hari..inilah jalan-jalan kitakita nikahi halilintar, kita penuhi bumi dengan dengan teriakan benda-benda baru.
 
Dikalangan intelektual Arab-muslim, Adonis dianggap terlampau radikal. Namun di mata Ali Harbpemikir Islam kontemporer Libanonterang-terangan mengikuti Adonis dan mengaku sebagai gurunya. Adonis memang sosok yang resah sekaligus pemberontak berbahaya yang kerap kali membuat orang lain gelisah. Disertasinya yang mengangkat pemikiran yang mapan dan yang berubah dalam masyarakat Arab-Islam menuai kontroversi lantaran terlampau berani membongkar teks-teks yang terlanjur dianggap mapan oleh kaum muslim.
 
Tesis yang selalu dipersoalkan Adonis dalam karyanya seputar kritiknya atas kemapanan teks, atau terhadap teks yang menurutnya masih sering ditempatkan sebagai era kenabian dan kebudayaan wahyu yang jauh. Kata-kata seperti penanggalan yang lama, pelucutan otoritas teks, pembaruan tafsir, perubahan-perubahan cara memandang Quran, begitu menakutkan bagi mayoritas orang Arab-muslim maupun bagi orang Islam di Indonesia. Pembacaan yang dominan terhadap Kitab Suci telah mengubah teks ini menjadi medan ideologis yang menuntut upaya mendapatkan legitimasi. Pembacaan idelogis-politis semacam itu, pada gilirannya mengubah teks melulu jadi sarana untuk menggunduli dan mendominasi kepelbagaian.
 
Berbagai proyek mercusuar pemikiran dan kreativitas yang menyimpang dari kebiasaan mayoritas Arab-muslm menjadi tempat menyemai perangai buruk sangka dan kesumat purba. Bagi Adonis, penyair zaman kini bolehlah diibaratkan sebuah foto dan karyanya adalah lisnya, dan para pembaca ibarat kolektor yang menyimpannya atau bahkan membuangnya. Pertanggungjawaban seorang penyair bukan pada foto atau kreativitasnya, melainkan yang di luarnya, pada bingkainya: entah bernama politik, ekonomi, maupun sosial.
 
Sebagai cermin pewacanaan antara pemikiran keislaman dan kreativitas di Indonesia, yang tampak mulai kehilangan harkat transformatifnya oleh polemik fundamentalisme-liberalisme di satu sisi, dan saling-sikut antara kemapanan dan perubahan di sisi lain, saya menyuguhkan bingkai pembacaan terhadap sejarah pemikiran kebudayaan kontemporer melalui penulusuran dua proyek pemikiran dan kreativitas Arab-Islam yang masih terus berlangsung hingga kini.
 
Tujuannya bukan sekadar mencari inspirasi saja lagi, terlebih bukan soal merancang kegenitan dalam negeri sendiri lagi, tapi ajakan menuliskan pigura pengalaman di bidang kreasi pemikiran dan puisi yang beda dari model teologi pembaruan yang selama ini kita rayakan sebagai poros Islam Melayu itu.

No comments:

Post a Comment